CHAPTER 8:
Sepanjang Braga
Semula, pikiranku sangat sederhana. Seratus lukisan Sepanjang Braga yang dipamerkan di Galeri Soemardja itu aku minta dipindahkan ke galeri keluargaku. Dan karena kini ia milikku, aku bebas memperlakukannya — sesuka yang aku mau. Termasuk melelangnya!Sepanjang Braga
Tapi, apakah harus setergesa ini?
Meski engkau tak datang, aku belum seputus asa yang kau bayangkan.
Aku masih menyimpan harapan.
Tapi, lukisan itu....
Ya, Allah!
Apa yang terjadi?!
Setengah tak percaya, kupandangi Sepanjang Braga satu demi satu. Semua telah diberi tanda bulatan merah — sold. Tanpa kecuali.
Duniaku seketika runtuh.
Siapa yang memborongnya?
Apakah engkau balas dendam?
Seperti kesetanan, aku terbang mencari Feliciano.
"Braga...," bahuku beguncang hebat. Perasaanku terburai. "Kenapa aku nggak diberitahu?"
Apapun yang terjadi, lukisan itu tidak akan pernah kujual! Tangisku jebol.
Feliciano meloncat dari tempat tidur. Direngkuhnya tubuh ringkihku. "Aku terpaksa melakukannya...."
Aku mencari matanya. "Siapa pembelinya?" Bibirku bergetar.
Diusapnya rambutku. "Aku!"
"Apa?" Rasanya aku ingin teriak sekencang-kencangnya.
"Sejak pembukaan pameran, banyak sekali peminatnya. Aku sampai lelah...," diacaknya rambutku. "Aku tidak ingin kehilangan lukisan itu. Jadi kuberi bulatan merah saja semuanya...."
Mulutku ternganga. Dari jendela hotel, aku menyaksikan hujan kembali menderas mengguyur Bandung. ©
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar